BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS
Oleh:
Wahyu Siswanto
Nomor Induk Mahasiswa 11.84203.037
Program Studi Pendidikan Fisika
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) NURUL HUDA
SUKARAJA BUAY MADANG OKU TIMUR
SUMATERA SELATAN
2013/2014
BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS
Oleh:
Wahyu Siswanto
Nomor Induk Mahasiswa 11.84203.037
Program Studi Pendidikan Fisika
Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan
STKIP NURUL HUDA
Sukaraja, Desember 2013
Menyetujui
Dosen Pembimbing
(WAHID GUNARTO, S.Pd)
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah kerja keras (untuk urusan yang lain)” (Al- Insyirah : 5-6)
“Jika niat disertai dengan tekat dan semangat serta diiringi dengan do’a,
maka insya Allah usaha pun akan tercapai” (Peneliti)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas” ini, meskipun masih banyak kekurangan. Karya ilmiah ini peneliti buat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Peneliti mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu peneliti dalam pembuatan karya ilmiah ini, sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing “Seminar Fisika”, Wahid Gunarto, S.Pd yang telah memberikan bimbingan dan saran yang berharga dalam penyusunan karya ilmiah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga apa yang diberikan bisa bermanfaat bagi kita semua dan dicatat sebagai amal ibadah oleh ALLAH SWT.
Peneliti menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dari segi penyusunan maupun dari segi materi. “Tiada gading yang tak retak”, demikian pula dengan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan setiap kritik dan saran yang bersifat membangun, yang dapat memperbaiki dan menyempurnakan kerya ilmiah ini.
Sukaraja, Desember 2013
Peneliti
BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS
Oleh:
WAHYU SISWANTO
NIM: 11.84203.037
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas. Dengan dilatar belakangi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang semakin meningkat, selain itu bahan bakar minyak (BBM) dianggap kurang ramah lingkungan dan termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Maka untuk mengatasi masalah tersebut dengan menciptakan energi alternatif dari bahan dasar minyak goreng bekas (minyak jelantah) yaitu Biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari mesin diesel (pengganti solar). Biodiesel bisa dibuat dari minyak nabati, seperti: minyak sawit, minyak kedelai, minyak jagung dan lain-lain, dan lemak hewan. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara pembuatan energi alternatif dari bahan dasar minyak goreng bekas (minyak jelantah) melalui proses transesterifikasi. Proese transesterifikasi yaitu proses penguraian asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng bekas (minyak jelantah). Minyak goreng bekas (minyak jelantah) adalah minyak sisa penggorengan makanan atau limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng, seperti: minyak jagung, minyak sawit, minyak samin dan sebagainya. Minyak goreng bekas (minyak jelantah) dapat menjadi biodiesel jika dicampur dengan soda api (NaOH) dan metanol (spirtus). Soda api (NaOH) adalah sejenis basa logam kaustik. Soda api dapat digunakan sebagai katalisator dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas. Soda api juga dapat terlarut dalam metanol (spiritus). Metanol (spiritus) merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun. Karena sifat metanol yang mudah terbakar, maka metanol dapat digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas.
Kata Kunci : Minyak Goreng Bekas, Soda Api, Metanol dan Biodiesel
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAH ................................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 4
1.3.1 Minyak Goreng bekas ............................................................................ 4
1.3.2 Soda Api ................................................................................................ 5
1.3.3 Metanol .................................................................................................. 5
1.3.4 Biodiesel ................................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
2.1 Minyak Goreng bekas ...................................................................................... 7
2.2 Soda Api .......................................................................................................... 8
2.3 Metanol ............................................................................................................ 10
2.4 Biodiesel .......................................................................................................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 17
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 17
3.2 Jenis Penelitian ................................................................................................. 17
3.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 18
3.4 Persiapan Alat dan Bahan ................................................................................ 19
3.5 Komponen-Komponen Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas...... 20
3.6 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 23
4.1 Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas ................................ 23
4.2 Hasil Percobaan Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas ................ 24
4.3 Kualitas Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) .................. 28
4.3.1 Kelebihan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas ................................... 28
4.3.2 Kekurangan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas ............................... 30
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 32
5.2 Saran ................................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Hasil Uji ASTM Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
(Minyak Jelantah) ............................................................................................ 26
2. Tabel 4.2 Perbandingan antara Campuran Biodiesel dan Solar (B20)
dengan Solar Murni dalam Pembakaran Bahan Bakar 250 ml ................. 27
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Minyak goreng bekas (Minyak jelantah) .................................... 7
2. Gambar 2.2 Soda api atau Natrium Hidroksida (NaOH) ............................... 9
3. Gambar 2.3 Metanol (Spiritus) ......................................................................... 10
4. Gambar 2.4 Biodiesel ......................................................................................... 12
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara adalah minyak bumi. Penggunaan secara berlebihan dan berkepanjangan menyebabkan cadangan minyak bumi semakin menipis dan harganya melonjak secara tajam dari tahun ke tahun. Produk olahan minyak bumi yang sering digunakan sebagai sumber energi utama, yaitu: solar, bensin, minyak tanah dan avtur.
Solar merupakan bahan bakar yang tergolong paling banyak digunakan karena kebanyakan alat transportasi, alat pertanian, penggerak generator listrik dan peralatan berat lainnya. Mengingat arti penting solar serta cadangan minyak bumi yang semakin menipis, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari energi alternatif pengganti bahan bakar diesel tersebut. Bahan bakar alternatif yang saat ini sangat menjanjikan sebagai pengganti solar adalah biodiesel dari minyak sawit. Selain fungsinya yang sama dengan solar yaitu sebagai bahan bakar mesin diesel, biodiesel lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan solar karena biodiesel tidak mengeluarkan toksin (racun).
Menggunakan lebih banyak biodiesel dari pada solar, dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Biodiesel menghasilkan emisi CO2 75% lebih sedikit dibandingkan dengan emisi CO2 yang dihasilkan solar. Namun disisi lain, biodiesel dari minyak sawit kurang menguntungkan dalam segi ekonomi, karena harga dari bahan baku biodiesel (minyak sawit baru) lebih mahal dibanding dengan harga solar. Biodiesel dari minyak sawit juga dapat mengganggu ketahanan pangan. Minyak sawit yang seharusnya digunakan untuk penggorengan atau kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya, malah digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Minyak sawit baru dapat digantikan dengan minyak goreng bekas (minyak jelantah) dari industri pangan dan rumah tangga yang cukup banyak tersedia di Indonesia. Harganya lebih murah dibanding dengan minyak sawit baru dan yang terpenting tidak menggangu ketahanan pangan. Minyak goreng bekas (minyak jelantah) tidak baik jika digunakan kembali untuk memasak karena banyak mengandung asam lemak bebas yang dapat membahayakan kesehatan. Namun minyak goreng bekas (minyak jelantah) masih bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan cara menetralkan asam lemak bebas yang terdapat di dalamnya dengan katalisator soda api (NaOH) dan dengan pelarut metanol (spiritus).
Soda api atau Natrium Hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau Sodium Hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Soda api terbentuk dari Oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Soda api membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Soda api digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Soda api adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Soda api dapat digunakan sebagai katalis dalam proses pembuatan biodiesel sebagai energi alternatif dari bahan baku minyak goreng bekas (minyak jelantah). Selain soda api, dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas juga menggunakan metanol sebagai bahan pelarut.
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun. metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, dan bahan bakar. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Metanol dapat digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas.
Menurut Yuwono (2005) “Minyak goreng bekas (minyak jelantah) dapat menjadi biodiesel jika dicampur dengan NaOH (soda api) dan metanol (spirtus) yang kemudian dipanaskan ke dalam panci bersuhu 55 oC selama 15 menit untuk menguapkan sisa metanol”. Melihat potensi tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan percobaan untuk membuat biodiesel dari minyak goreng bekas sebagai energi alternatif. Dengan memanfaatkan limbah minyak goreng (minyak goreng bekas atau minyak jelantah) yang biasanya terbuang sia-sia, menjadi energi alternatif yang berguna dalam kehidupan sehari-hari merupakan alasan utama peneliti. Diharapkan energi alternatif tersebut nantinya dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi krisis bahan bakar minyak di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan percobaan tentang “Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas”.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang masalah diatas permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas?”.
1.3 Batasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari pembahasan, maka peneliti membatasi permasalah sebagai berikut:
1.3.1 Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas atau biasa disebut jelantah adalah minyak sisa penggorengan makanan atau limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sawit, minyak samin dan sebagainya.
1.3.2 Soda Api
Soda api (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau Sodium Hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari Oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
1.3.3 Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana.
1.3.4 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari percobaan pembuatan biodiesel ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Menerapkan pengetahuan yang peneliti dapatkan dalam perkuliahan.
1.4.2 Untuk mengetahui apakah minyak goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
1.4.3 Untuk mengetahui cara pembuatan energi alternatif dari bahan baku minyak goreng bekas.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara umum hasil karya ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa dan untuk para pembaca. Adapun secara khusus hasil karya ini:
1.5.1 Agar masyarakat dapat mengetahui tentang pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas.
1.5.2 Agar masyarakat mengetahui manfaat yang berasal dari minyak goreng bekas.
1.5.3 Agar masyarakat mengetahui biodiesel sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak solar yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas atau biasa disebut minyak jelantah adalah minyak sisa penggorengan makanan atau limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng, seperti: minyak jagung, minyak sawit, minyak samin dan sebagainya. Ketika minyak digunakan untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi, hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam. Proses ini bertambah besar dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama penggorengan makanan.
Gambar 2.1 Minyak goreng bekas (Minyak jelantah)
Sisa penggorengan makanan (minyak jelantah) biasanya digunakan kembali untuk keperluaran kuliner. Padahal minyak jelantah sangat berbahaya bagi kesehatan, karena minyak jelantah mengandung asam lemak bebas. Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan.
Kandungan asam lemak bebas dalam minyak jelantah dapat menjadi ester jika bereaksi dengan metanol, sedang jika bereaksi dengan soda akan mebentuk sabun. Menurut Yuwon (2005) “Minyak goreng bekas (minyak jelantah) dapat menjadi biodiesel jika dicampur dengan NaOH (soda api) dan metanol (spirtus) yang kemudian dipanaskan ke dalam panci bersuhu 55 oC selama 15 menit untuk menguapkan sisa metanol”.
Produk biodiesel harus dimurnikan dari produk samping, yaitu: gliserin, sabun sisa metanol dan soda. Sisa soda yang ada pada biodiesel dapat menghidrolisa dan memecah biodiesel menjadi asam lemak bebas yang kemudian terlarut dalam biodiesel itu sendiri. Kandungan asam lemak bebas dalam biodiesel tidak bagus karena dapat menyumbat filter atau saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam mesin diesel.
2.2 Soda Api
Soda api atau Natrium Hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau Sodium Hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Soda api membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Soda api digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Soda api adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Gambar 2.2 Soda api atau Natrium Hidroksida (NaOH)
Soda api atau Natrium Hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Soda api secara spontan menyerap karbon dioksida (CO2) dari udara bebas. Soda api sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Soda api juga larut dalam etanol dan metanol, namun tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan soda api akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Soda api juga dapat digunakan dalam kehidupan rumah tangga, yaitu sebagai alat atau bahan untuk membersihkan saluran cuci atau bahkan saluran toilet yang mengalami kebuntuan atau mampet. Sifat soda yang keras bisa melarutkan unsur-unsur yang menghalangi saluran pada bak cuci atau toilet. Seperti diketahui, soda api memiliki sifat untuk melarutkan jaringan lemak. Oleh sebab itu, perlu kehati-hatian dalam penggunaannya. Meminimalisir persentuhan langsung antara kulit dan soda api adalah langkah awal melindungi diri dari bahaya soda api.
Fungsi soda api lainnya adalah sebagai pembersih yang kuat merontokkan noda membandel. Soda api biasanya dicampurkan dengan air dan dibasuhkan pada permukaan lantai yang kotor, dinding kamar mandi yang berjamur, dan permukaan lain yang diselimuti noda yang susah dihilangkan. Namun kadar penggunaannya harus hati-hati, sebab jika terlalu berlebihan soda api akan merusak permukaan. Sifat soda api yang keras ini juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk melunturkan cat motor atau mobil sebelum pengaplikasian cat yang baru.
2.3 Metanol
Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Gambar 2.3 Metanol (Spiritus)
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air. Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air adalah sebagai berikut:
2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O
Metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri, karena sifatnya yang beracun. Penambahan racun ini akan menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena metanol merupakan bahan utama untuk minuman keras (minuman beralkohol). Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu.
2.4 Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar diesel alternatif pengganti solar. Biodiesel biasanya dibuat dari minyak nabati melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi. Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alkohol (misalnya: metanol) menjadi alkohol ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) atau biasa disebut biodiesel. Teknologi yang digunakan dalam proyek ini adalah metode transesterifikasi sederhana dua tahap dengan sistem "batch" yang telah dioptimasikan dan telah diuji (Anggraini Suess, 1999).
Transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak jelantah dengan metanol dengan menggunakan katalisator KOH, bisa juga dengan NaOH. Proses transesterifikasi berlangsung selama setengah sampai satu jam pada suhu sekitar 40oC. Campuran yang terjadi kemudian didiamkan sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan bawah adalah gliserin dan lapisan atas metil ester (biodiesel). Agar reaksi berlangsung sempurna, maka biodiesel hasil dari tahap pertama kemudian direaksikan lagi dengan metanol (tahap kedua). Hal ini untuk mengantisipasi kandungan gliserin total (bebas dan terikat) dalam biodiesel, supaya tidak terjadi deposit pada motor.
Gambar 2.4 Biodiesel
Semua kendaraan keluaran baru dapat menggunakan biodiesel. Dalam kebanyakan kasus biodiesel tidak digunakan dalam bentuk murni (B100) melainkan dicampur dengan diesel standar. Hal ini terutama karena diesel standar lebih baik dari pada biodiesel murni saat berurusan dengan suhu rendah dan juga memiliki dampak yang lebih baik pada daya tahan mesin.
Biodiesel lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan diesel standar, karena biodiesel tidak beracun. Mengenai perbandingan tingkat emisi CO2 dari biodiesel dan diesel standar, biodiesel muncul sebagai pemenang dengan menghasilkan sampai 75% lebih sedikit emisi CO2 dibandingkan dengan diesel standar. Artinya dengan menggunakan lebih banyak biodiesel dari pada diesel standar, dapat mengurangi dampak perubahan iklim.
Menggunakan biodiesel sebagai pengganti diesel standar tidak hanya akan membantu lingkungan, tetapi juga akan membantu meningkatkan kemandirian energi dan keamanan energi negara. Kelemahan dari penggunaan biodiesel lebih karena biodiesel sebagian besar masih diproduksi dari tanaman pangan yang dalam skenario terburuk menyebabkan peningkatan harga pangan dan bahkan meningkatkan kelaparan di dunia. Inilah alasan utama mengapa para ilmuwan melihat berbagai bahan baku biodiesel potensial lainnya, contohnya adalah rumput dan alga.
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu tempat atau negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku biodiesel, yang hingga saat ini sudah banyak penemuan yang menemukan berbagai jenis tanaman yang memiliki potensi dalam menghasilkan biodiesel. Tamanan penghasil biodiesel yang telah diketahui hingga kini, diantaranya adalah alga, kemiri sunan, tamanan nyamplung, jarak, kedelai, dan sawit. Tanaman-tanaman penghasil biodiesel tersebut memiliki bagian tertentu yang digunakan sebagai penghasil biodiesel.
2.4.1 Kelebihan Biodiesel
Biodiesel memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan solar, diantaranya:
2.4.1.1 Lebih irit
Biodiesel yang dipakai sebagai bahan bakar mesin diesel lebih irit dibandingkan dengan menggunakan solar.
2.4.1.2 Mengurangi emisi asap
Menggunakan biodiesel dapat mengurangi emisi asap yang dikeluarkan oleh mesin, sehingga dapat menjegah polusi udara yang mencemari lingkungan sekitar. Artinya biodiesel lebih ramah lingkungan.
2.4.1.3 Mengurangi emisi CO2
Biodiesel mengeluarkan emisi karbon dioksida (CO2) lebih sedikit dari pada emisi yang dikeluarkan oleh bahan bakan diesel standar yaitu solar. Emisi CO2 yang dikeluarkan biodiesel mencapai 75% lebih sedikit dari pada emisi yang dikeluarkan solar. Sehingga dengan memakai biodiesel dapat mengurangi dampak perubahan iklim akibat pemanasan global.
2.4.1.4 Tidak menghasilkan SO2
Hasil pembakaran pada mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar alternatif yaitu biodiesel, tidak menghasilkan Sulfur dioksida (SO2). SO2 berbahaya bagi kesehatan manusia karena mengandung racun.
2.4.1.5 Terbarukan
Biodiesel merupakan bahan alternatif yang dapat diperbaharui, karena bisa dibuat dari tumbuh-tumbuhan dan lemak hewan. Minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan biodiesel, seperti minyak kelapa, minyak kedelai, minyak sawit dan lain sebagainya. Tidak seperti solar yang merupakan minyak fosil yang semakin lama diambil akan habis.
2.4.2 Kelemahan Biodiesel
Dibalik kelebihan pasti ada kelemahan atau kekurangan. Adapun kelemahan dari biodiesel adalah sebagai berikut:
2.4.2.1 Energi biodiesel lebih rendah
Energi yang dihasilkan mesin dengan menggunakan biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan energi yang dihasilkan mesin dengan menggunakan bahan bakar solar. Kandungan energi biodiesel diketahui 11% lebih kecil dari bahan bakar diesel yang berbasis minyak bumi. Ini berarti kapasitas pembangkit listrik dari mesin yang digunakan akan menurun ketika menggunakan biodiesel.
2.4.2.2 Kualitas oksidasi rendah
Biodiesel memiliki kualitas oksidasi yang rendah sehingga biodiesel dapat menyebabkan beberapa masalah ketika disimpan. Bila disimpan untuk waktu yang lebih lama, biodiesel cenderung berubah menjadi gel (lihat minyak goreng yang disimpan di kulkas), yang dapat menyebabkan penyumbatan berbagai komponen mesin. Biodiesel ini juga dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba, sehingga menyebabkan beberapa kerusakan pada mesin.
2.4.2.3 Mengganggu ketahanan pangan
Biodiesel dapat menggangu ketahanan pangan, karena bahan baku pembuatan biodiesel berasal dari tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikonsumsi sebagai makanan. Tumbuh-tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel yaitu: jagung, kedelai, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas lainnya cenderung mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan biodiesel.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.1 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuat biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang berfungsi sebagai bahan bakar alternatif dari mesin diesel.
3.1.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di desa Sumber Sari Belitang II Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas seminar ini yaitu jenis penelitian eksperimen. Dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen karena penelitian ini sesuatu kegiatan percobaan untuk mengetahui hasil penelitian, melalui berbagai langkah dalam proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah).
3.3 Metode Penelitian
Biodiesel dibuat dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) melalui proses kimia yang disebut transesterifikasi. Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alkohol (misalnya metanol) menjadi alkohol ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME), atau biodiesel. Metode transesterifikasi terdapat dua tahap, yaitu:
3.3.1 Tahap Pencampuran
Transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak goreng bekas (minyak jelantah) dengan metanol (spiritus), dan menggunakan katalisator NaOH (soda api). Proses transesterifikasi berlangsung selama 30 sampai 60 jam pada suhu 55 oC. Campuran yang terjadi kemudian didiamkan (diendapkan) selama 4 sampai 12 jam sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan bawah adalah gliserol dan lapisan atas biodiesel.
3.3.2 Tahap Pemurnian
Biodiesel hasil dari tahap pertama kemudian direaksikan lagi dengan metanol (spiritus) pada suhu 55 oC dan diendapkan selama 4 samapai 12 jam sehingga terbentuk dua lapisan. Pada lapisan bawah terdapat sedikit gliserol dan lapisan atasnya adalah biodiesel. Tahap pemurnian ini untuk mengantisipasi kandungan gliserol total (bebas dan terikat) dalam biodiesel agar tidak terjadi deposit pada mesin diesel. Hasil biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) disimpan dalam jirigen agar tidak terjadi peristiwa oksidasi.
3.4 Persiapan Alat dan Bahan
Dalam melakukan percobaan pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah), perlu adanya komponen-komponen alat dan bahan yang diperlukan.
3.4.1 Persiapan Alat
Adapun alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) adalah sebagai berikut:
1) Kompor gas (api)
2) Kuali atau panci
3) Sendok
4) Wadah plastik 2 buah
5) Sarung tangan
3.4.2 Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang perlu disiapkan dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) adalah sebagai berikut:
1) Minyak goreng bekas (minyak jelantah)
2) Soda api (Natrium Hidroksida atau NaOH)
3) Metanol (spiritus)
3.5 Komponen-Komponen Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
Komponen penting yang menunjang proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) adalah neraca (timbangan), gelas ukur dan jirigen (pot penyimpanan air).
3.4.1 Neraca (Timbangan)
Neraca (timbangan) digunakan untuk mengukur berat dari soda api (NaOH) yang dibutuhkan dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas.
3.4.2 Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur minyak goreng bekas (minyak jelantah) dan metanol (spiritus) yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas.
3.4.3 Jirigen (Pot Penyimpanan Air)
Jirigen (Pot Penyimpanan Air) digunakan sebagai tempat penyimpanan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah), agar biodiesel tidak teroksidasi. Biodiesel memiliki kualitas oksidasi rendah. Jika biodiesel teroksidasi, maka biodiesel akan berubah menjadi seperti gel.
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Peneliti melakukan percobaan dengan membuat biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel (pengganti solar). Proses yang terjadi dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas yaitu proses penguraian asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng bekas (minyak jelantah). Percobaan dilakukan berdasarkan langkah atau tahapan sebagai berikut:
1) Mencampurkan 4,5 gram soda api (NaOH) dengan 200 ml metanol (spiritus) ke dalam wadah plastik.
2) Mengaduk campuran hingga soda api terlarut.
3) Memasukkan 1 liter minyak goreng bekas (minyak jelantah) ke dalam kuali atau panci.
4) Memanaskan minyak goreng bekas tersebut hingga mencapai suhu 55 oC.
5) Memasukkan larutan soda api ke dalam panci yang berisi minyak goreng bekas yang sudah dipanaskan dan mengaduknya selama 20 menit.
6) Menuang campuran tersebut ke dalam wadah plastik.
7) Menghendapkan campuran tersebut selama 12 jam.
8) Setelah pengendapan terdapat dua lapisan, lapisan atas yaitu biodiesel berwarna kekuningan dan lapisan bawah yaitu gliserol yang berwarna kecoklatan.
9) Memisahkan biodiesel dengan menuangnya ke dalam jirigen (pot penyimpanan air).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
Proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas dengan katalisator soda api (NaOH) yaitu proses penguraian asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng bekas. Adapun secara rinci, proses dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas yaitu sebagai berikut:
1) Pembuatan larutan soda api (NaOH) dengan metanol (spiritus).
Pembuatan larutan soda api (NaOH) dengan metanol (spiritus) bertujuan untuk mempermudah menguraikan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng bekas (minyak jelantah).
2) Pemanasan minyak goreng bekas (minyak jelantah).
Pemanasan minyak goreng bekas (minyak jelantah) dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan kerapatan dari minyak goreng bekas tersebut sehingga kandungan asam lemak bebasnya lebih mudah diuraikan. Pada saat minyak goreng bekas dipanaskan, minyak goreng bekas lebih cair dari sebelumnya.
3) Memasukkan larutan soda api (NaOH) dengan metanol (spiritus) ke dalam minyak goreng bekas (minyak jelantah).
Proses penguraian asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng bekas terjadi pada tahap ini. Campuran diaduk selama 20 menit, agar larutan benar-benar bercampur rata dan mempermudah proses penguraian asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak goreng bekas (minyak jelantah).
4) Pengendapkan campuran.
Campuran (antara minyak goreng bekas dengan soda api dan metanol) diendapkan dengan tujuan untuk memisahkan biodiesel dari gliserol. Pengendapan dilakukan selama 12 jam agar gliserol benar-benar mengendap di bawah biodiesel.
5) Menyimpan Biodiesel.
Setelah diendapkan, biodiesel dipisahkan dari gliserol dan disimpan dalam jirigen (pot penyimpanan air) dan disimpan di tempat kering, agar biodiesel tidak teroksidasi dan tahan lama. Jika biodiesel teroksidasi, biodiesel akan berubah seperti gel karena biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) memiliki kualitas oksidasi rendah.
4.2 Hasil Percobaan Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang dipanaskan kemudian dicampur dengan metanol (spiritus) dan NaOH (soda api) akan menghasilkan biodiesel dan gliserol. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari mesin diesel (pengganti solar). Sedangkan gliserol dapat dimanfaatkan dalam produksi kosmetika, seperti sabun, detergen, bedak dan lain sebagainya. Biodiesel berwarna kuning, cair (tidak kental seperti minyak goreng bekas) dan mudah terbakar. Setelah biodiesel dipisahkan dari gliserol, peneliti melakukan pengujian biodiesel sepertti berikut:
1) Peneliti menyelupkan kayu yang masih basah ke dalam solar kemudian peneliti membakarnya, dan kayu pun dapat menyala.
2) Peneliti mengujicoba pada biodiesel dengan cara menyelupkan kayu yang masih basah ke dalam biodiesel kemudian peneliti membakar kayu tersebut, kayu pun dapat menyala seperti dicelupkan pada solar.
3) Peneliti menyelupkan kayu yang masih basah ke dalam minyak goreng bekas (minyak jelantah) kemudian membakarnya, ternyata kayu tersebut tidak menyala.
Setelah pengujian, peneliti menyimpulkan bahwa biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) dapat berfungsi sebagai bahan bakar diesel seperti solar.
Menurut Wijaya (2005) “Biodiesel yang diproduksi dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) memiliki kualitas yang hampir sama baiknya dengan biodiesel standard yang dipersyaratkan oleh ASTM (American Society for Testing and Materials) dan diesel perdagangan, sehingga biodiesel yang merupakan hasil konversi minyak goreng bekas memiliki peluang untuk dipasarkan baik di dalam negeri maupun untuk diekspor. Kendala utama yang dihadapi untuk keperluan produksi masal adalah pasokan serta harga minyak goreng bekas yang mungkin sangat berfluaktif dari waktu ke waktu”.
Tabel 4.1 Hasil Uji ASTM Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)
Parameter
|
Minyak Solar
|
Minyak Goreng Bekas
(Minyak Jelantah)
|
Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)
|
Kerapatan spesifik 60/60 oF
|
0,820 - 0,870
|
0,9104
|
0,8733
|
Viskositas kinematis 40oC, cst
|
2,0 - 5,0
|
39,07
|
4,553
|
Titik tuang, oF
|
Maksimal 65
|
50
|
55,4
|
Titik nyala, oF
|
Minimal 150
|
478
|
363,2
|
Kadar air, % volume
|
Maksimal 0,05
|
Trace
|
Trace
|
Sisa karbon conradson, %
|
Maksimal 0,1
|
0,318
|
0,0087
|
Nilai pembakaran kotor, BTU/lb
|
19,031 - 19,220
|
18,952
|
19,089
|
Nilai pembakaran bersih, BTU/lb
|
17,856 - 17,977
|
17,832
|
17,918
|
Sumber: triadityaprasetya.blogspot.com
Hasil biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) dapat langsung dipakai pada mesin diesel. Biodiesel dari minyak goreng bekas juga dapat digunakan sebagai campuran minyak solar, tanpa modifikasi mesin. Campuran minyak solar dengan biodiesel diberi kode B (bending). Jika biodiesel 20% dan solar 80% maka disebutnya B20. Solar dan biodiesel dapat di campur dengan berbagai perbandingan. Sehingga penurunan kadar belerang dapat menurunkan emisi gas buang.
Tabel 4.2 Perbandingan antara Campuran Biodiesel dan Solar (B20) dengan Solar Murni dalam Pembakaran Bahan Bakar 250 ml
Jenis Bahan Bakar
|
Waktu (menit)
| ||
Putaran mesin 3100 rpm
|
Putaran mesin 3300 rpm
|
Putaran mesin 3500 rpm
| |
Biodiesel (B20)
|
19,80
|
15,63
|
12,27
|
Solar Murni
|
16,34
|
12,54
|
10,06
|
Sumber: https://www.google.com/
Dari penjelasan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan putaran motor 3100 rpm, 3300 rpm, 3500 rpm menghasilkan data perbandingan biodiesel (B20) dengan solar. Dimana terlihat pada perbandingan waktu dan efisiensi bahan bakar yaitu :
1) Pada biodiesel (B20) dengan putaran motor 3100 rpm dan takaran bahan bakar 250 ml menghabiskan waktu 19,80 menit. Dengan rata-rata permenitnya 12,63 ml.
2) Pada biodiesel (B20) dengan putaran motor 3300 rpm dan takaran bahan bakar 250 ml menghabiskan waktu 15,63 menit. Dengan rata-rata permenitnya 15,99 ml.
3) Pada biodiesel (B20) dengan putaran motor 3500 rpm dan takaran bahan bakar 250 ml menghabiskan waktu 12,27 menit. Dengan rata-rata permenitnya 20.37 ml.
4) Pada minyak solar dengan putaran motor 3100 rpm dan takaran bahan bakar 250 ml menghabiskan waktu 16,34 menit. Dengan rata-rata permenitnya 15,30 ml.
5) Pada minyak solar dengan putaran motor 3300 rpm dan takaran bahan bakar 250 ml menghabiskan waktu 12,14 menit. Dengan rata-rata permenitnya 20,59 ml.
6) Pada minyak solar dengan putaran motor 3500 rpm dan takaran bahan bakar 250 ml menghabiskan waktu 8,81 menit. Dengan rata-rata permenitnya 28,38 ml.
4.3 Kualitas Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)
Biodiesel minyak goreng bekas (minyak jelantah) memiliki kualiatas hampir sama dengan biodiesel dari minyak goreng baru dan memiliki kelebihan sama pula jika dibandingkan dengan bahan bakar diesel dari hasil bumi yaitu solar. Namun biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) lebih ekomomis jika dibandingkan dengan biodiese dari minyak goreng baru.
4.3.1 Kelebihan biodiesel dari minyak goreng bekas (Minyak Jelantah)
Kelebihan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) sama dengan kelebihan biodiesel standar jika dibandingkan dengan solar, yaitu:
1) Lebih irit.
Biodiesel yang dipakai sebagai bahan bakar mesin diesel lebih irit dibandingkan dengan menggunakan solar.
2) Mengurangi emisi asap.
Menggunakan biodiesel dapat mengurangi emisi asap yang dikeluarkan oleh mesin, sehingga dapat menjegah polusi udara yang mencemari lingkungan.
3) Mengurangi emisi CO2.
Biodiesel mengeluarkan emisi karbon dioksida (CO2) lebih sedikit dari pada emisi yang dikeluarkan oleh bahan bakan diesel standar yaitu solar. Emisi CO2 yang dikeluarkan biodiesel mencapai 75% lebih sedikit dari pada emisi yang dikeluarkan solar. Sehingga dengan memakai biodiesel dapat mengurangi dampak perubahan iklim akibat pemanasan global.
4) Tidak menghasilkan SO2.
Hasil pembakaran pada mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar alternatif yaitu biodiesel, tidak menghasilkan Sulfur Dioksida (SO2). SO2 berbahaya bagi kesehatan manusia karena mengandung racun.
5) Terbarukan.
Biodiesel merupakan bahan alternatif yang dapat diperbaharui, karena bisa dibuat dari tumbuh-tumbuhan dan lemak hewan. Minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan biodiesel, seperti minyak kelapa, minyak kedelai, minyak sawit dan lain sebagainya. Tidak seperti solar yang merupakan minyak fosil yang semakin lama diambil akan habis.
Kelebihan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) memang sama dengan biodiesel standar jika dibandingkan dengan solar. Namun jika ditinjau dari segi ekonomi, biodiesel dari minyak goreng bekas lebih mengutungkan. Kelebihan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) dari pada biodiesel standar, yaitu sebagai berikut:
1) Bahan baku lebih murah.
Jelas bahwa minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas lebih murah harganya dari pada minyak goreng baru yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel standar.
2) Tidak mengganggu ketahanan pangan.
Biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) tidak menggangu ketahanan pangan karena bahan bakunya berasal dari limbah atau sisa penggorengan makanan.
4.3.2 Kekurangan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)
Kekurangan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) yaitu sebagai berikut:
1) Energi biodiesel lebih rendah.
Energi yang dihasilkan mesin dengan menggunakan biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan energi yang dihasilkan mesin dengan menggunakan bahan bakar solar. Kandungan energi biodiesel diketahui 11% lebih kecil dari bahan bakar diesel yang berbasis minyak bumi. Ini berarti kapasitas pembangkit listrik dari mesin yang digunakan akan menurun ketika menggunakan biodiesel.
2) Kualitas oksidasi rendah.
Biodiesel memiliki kualitas oksidasi yang rendah sehingga biodiesel dapat menyebabkan beberapa masalah ketika disimpan. Bila disimpan untuk waktu yang lebih lama, biodiesel cenderung berubah menjadi gel yang dapat menyebabkan penyumbatan berbagai komponen mesin.
3) Tidak tahan pada musim dingin.
Pada musim dingin, biodiesel cepat membeku sehingga dapat menyumbat saluran bahan bakar pada kendaraan.
4) Jika biodiesel tidak benar-benar bersih dari gliserol, biodiesel dapat menyebabkan korosi pada mesin kendaraan. Sisa gliserol yang ada pada biodiesel dapat henghidrolisa dan memecah biodiesel menjadi FFA yang kemudian terlarut dalam biodiesel itu sendiri. Kandungan FFA dalam biodiesel tidak bagus karena dapat menyumbat filter atau saringan dengan endapan dan menjadi korosi pada logam mesin diesel.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah), maka dapat kesimpulan bahwa:
5.1.1 Biodiesel dari minyak goreng bekas merupakan bahan bakar alternatif mesin diesel (pengganti solar), terbuat dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang memiliki kelebihan dari pada solar, seperti: lebih irit, mengurangi emisi asap, mengurangi emisi CO2, tidak menghasilkan SO2, terbarukan, dan memiliki kekurangan, yaitu: energi dan kualitas oksidasi biodiesel lebih rendah, tidak tahan pada musim dingin serta dapat menyebabkan korosi pada mesin jika tidak bersih dari gliserol.
5.1.2 Pembuatan biodeisel dari minyak goreng bekas melalui proses transesterifikasi yaitu proses pencampuran minyak goreng bekas (minyak jelantah) dengan metanol (spiritus) dan menggunakan katalisator NaOH (soda api) yang berlangsung selama 30 sampai 60 menit pada suhu 55 oC, kemudian diendapkan selama 4 sampai 12 jam sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan bawah adalah gliserol dan lapisan atas biodiesel.
5.1.3 Minyak goreng bekas (minyak jelantah) merupakan minyak sisa penggorengan makanan atau limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng, seperti: minyak sawit, minyak kelapa, minyak jagung dan sebagainya. Minyak goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
5.1.4 Soda api atau Natrium Hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau Sodium Hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik. Soda api (NaOH) dapat digunakan sebagai katalisator dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah).
5.1.5 Metanol (spiritus) juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Metanol digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah).
5.2 Saran
Dari percobaan dan laporan ilmiah ini, peneliti berharap:
5.2.1 Mahasiswa dapat menyosialisasikan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) ke lingkugan masyarakat.
5.2.2 Masyarakat dapat mengaplikasikan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah) kedalam kehidupan sehari-hari.
5.2.3 Pemerintah mendukung pengaplikasian bahan bakar alternatif dari minyak goreng bekas (minyak jelantah), karena bahan baku pembuatan biodiesel ini berasal dari limbah minyak goreng atau sisa penggorengan makanan yang harganya relatif murah dan mudah didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fianti, Gita Gesma. 2013. Pengertian Biodiesel. http://gitadesmafianti.blogspot.com/2013/03/pengertian-bio-diesel.html. Diakses pada tanggal 09-07-2013 jam 21:45.
Husdiantama, Iwan. 2012. Keuntungan Menggunakan Minyak Jelantah sebagai Bahan Baku Biodiesel. http://rumah-bioenergi.blogspot.com/2012/12/apa-keuntungan-menggunakan-minyak_18.html. Diakses pada tanggal 24-10-2013 pukul 07:57.
Kelvin. 2013. Soda Api. http://kaustik-soda.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 20-10-2013 pukul 20:25.
Nurahman. 2013. Proses Pembuatan Biodiesel Minyak Jelantah Menggunakan Katalis Natrium Hidroksida (NaOH) dan Diaplikasikan pada Mesin Diesel TS 50. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0cdqqfjab&url=http%3a%2f%2fftp.gunadarma.ac.id%2fpresentasi-sidang%2ffti%2520-%252020403625.ppt&ei=zlkquujxm8-grae80igacw&usg=afqjcnfxzr1-ujkdivyn7ylecwwk0vxkdw&sig2=hf0xm5fulk4wdwyjllw8mg&bvm=bv.57967247,d.bmk. Diakses pada tanggal 20-10-2013 pukul 13:55.
Prasetya, Triaditya. 2013. Biodiesel Minyak Jelantah. http://triadityaprasetya.blogspot.com/2013/03/biodiesel-minyak-jelantah.html. Diakses pada tanggal 01-05-2013 pukul 09:52.
Sebayang, Jesika Valentin. 2008. Minyak Jelantah, Alternatif Untuk Bahan Bakar Ramah Lingkungan. http://almamaterplus.blogspot.com/2008/07/manusia-tidak-pernah-lepas-dari.html. Diakses pada tanggal 24-11-2013 pukul 07:41.
Tim STKIP Nurul Huda. 2011. Pedoman Akademik STKIP Nurul Huda. Sukaraja: STKIP Nurul Huda.
Tnoton. 2011. Mengenal Beragam Fungsi Soda Api. http://perlutahu.org/fungsi-soda-api/. Diakses pada tanggal 19-09-2013 pukul 19:22.
